Relasi pasien-dokter
Hubungan relasi antara dokter dan pasien yang timbul pada ruangan praktik
Relasi pasien dan dokter adalah proses utama dari praktik kedokteran. Terdapat banyak pandangan mengenai hubungan relasi ini.
Pandangan yang ideal, seperti yang diajarkan di
fakultas kedokteran,
mengambil sisi dari proses seorang dokter mempelajari tanda-tanda,
masalah, dan nilai-nilai dari pasien; maka dari itu dokter memeriksa
pasien, menginterpretasi tanda-tanda klinis, dan membuat sebuah
diagnosis
yang kemudian digunakan sebagai penjelasan kepada pasien dan
merencanakan perawatan atau pengobatan. Pada dasarnya, tugas seorang
dokter adalah berperan sebagai ahli
biologi manusia.
Oleh karena itu, seorang dokter harus paham benar bagaimana keadaan
normal dari manusia sehingga ia dapat menentukan sejauh mana kondisi
kesehatan pasien. Proses inilah yang dikenal sebagai diagnosis.
Empat kata kunci dari diagnosis dalam dunia kedokteran adalah
anatomi (struktur: apa yang ada di sana),
fisiologi atau faal (bagaimana struktur tersebut bekerja),
patologi (apa kelainan dari sisi anatomi dan faalnya), dan
psikologi (pikiran dan perilaku). Seorang dokter juga harus menyadari arti 'sehat' dari pandangan pasien. Artinya, konteks
sosial politik
dari pasien (keluarga, pekerjaan, tingkat stres, kepercayaan) harus
turut dipertimbangkan dan kadang-kadang dapat menjadi petunjuk dalam
kepentingan membangun diagnosis dan perawatan berikutnya.
Ketika bertemu dengan dokter, pasien akan memaparkan komplainnya
(tanda-tanda) kepada dokter, yang nantinya akan memberikan berbagai
informasi tentang tanda-tanda klinis tersebut. Kemudian dokter akan
memeriksa, mencatat segala yang ditemukannya pada diri pasien dan
memperkirakan berbagai kemungkinan diagnosis. Bersama pasien, dokter
akan menyusun perawatan berikutnya atau tes
laboratorium
berikutnya bila diagnosis belum dapat dipastikan. Bila diagnosis telah
disusun, maka dokter akan memberikan ("mengajarkan") nasihat medis.
Relasi pengajaran ini menempatkan dokter sebagai guru (
Physician dalam
Bahasa Inggris; berasal dari
bahasa Latin yang berarti
guru).
Relasi dokter dan pasien dapat dianalisis dari pandangan masalah
etika.
Banyak nilai dan masalah etika yang dapat ditambahkan ke relasi ini.
Tentunya, masalah etika amat dipengaruhi oleh tingkat masyarakat, masa,
budaya, dan pemahan terhadap nilai
moral. Sebagai contoh, dalam 30 tahun terakhir, penegasan dan tuntutan terhadap hak
otonomi pasien kian meningkat di dalam dunia
kedokteran Barat.
Relasi dan proses praktik juga dapat dilihat dari sisi relasi kekuatan sosial (seperti yang dikemukakan
Michel Foucault atau transaksi
ekonomi.
Profesi dokter memiliki status yang lebih tinggi pada abad lalu, dan
mereka dipercaya untuk melakukan tindakan dalam kesehatan masyarakat.
Hal ini membawa suatu kekuatan tersendiri dan membawa keuntungan serta
kerugian bagi pasien.
Pada 25 tahun terakhir ini, kebebasan dokter dipersempit. Terutama dengan kehadiran perusahaan
asuransi seiring naiknya biaya perawatan kesehatan. Di berbagai negara (seperti
Jepang) pihak asuransi juga mempunyai pengaruh dalam penentuan keputusan medis.
Kualitas relasi pasien dan dokter sangat penting bagi kedua pihak.
Saling menghormati, kepercayaan, pertukaran pendapat mengenai
penyakit
dan kehidupan, ketersediaan waktu yang cukup, mempertajam ketepatan
diagnosis, dan memperkaya wawasan pasien tentang penyakit yang
dideritanya; semua ini dilakukan agar relasi kian baik.
Relasi kian kompleks di luar ruang praktik pribadi dokter, seperti pada bangsal
rumah sakit.
Dalam rumah sakit, relasi tak hanya antara dokter dan pasien, namun
juga dengan pasien lainnya, perawat, pekerja dari lembaga sosial, dan
lainnya.