Sejarah
Ditilik dari sejarahnya, Universitas Gadjah Mada merupakan
penggabungan dan pendirian kembali dari berbagai balai pendidikan,
sekolah tinggi, perguruan tinggi yang ada di
Yogyakarta,
Klaten dan
Surakarta.
Nama Gadjah Mada berawal dari dibentuknya Balai Perguruan Tinggi
Gadjah Mada yang terdiri dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan.
Pendirian diumumkan di Gedung KNI Malioboro pada tanggal
3 Maret 1946 oleh Mr. Boediarto, Ir. Marsito, Prof. Dr.
Prijono, Mr. Soenario, Dr. Soleiman, Dr.
Buntaran dan Dr. Soeharto.
Sejak
4 Januari 1946 Soekarno dan
Hatta memindahkan ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta. Dengan maraknya pertempuran antara pejuang kemerdekaan dan Sekutu serta
NICA di Jakarta dan Bandung, maka Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung ikut pindah ke Yogyakarta. Pada tanggal
17 Februari 1946, Sekolah Tinggi Teknik (STT)
Bandung dihidupkan kembali di Yogyakarta dengan para pengajarnya antara lain Prof. Ir.
Rooseno dan Prof. Ir. Wreksodhiningrat.
Lembaga pendidikan lain yang berdiri pada waktu yang hampir bersamaan
adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret 1946), Sekolah
Tinggi Kedokteran Hewan (berdiri 20 September 1946), Sekolah Tinggi
Farmasi (berdiri 27 September 1946), dan Perguruan Tinggi Pertanian
(berdiri 27 September 1946) yang kesemuanya berada di
Klaten, sekitar 20 kilometer dari Yogyakarta.
Institut Pasteur di Bandung sejak 1 September 1945, turut pula dipindahkan ke Klaten dengan laboratorium di Rumah Sakit
Tegalyoso. Salah seorang yang berperan dalam pemindahan ini adalah Prof. Dr. M.
Sardjito
yang kelak menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada yang pertama.
Kehidupan kampus di Klaten semakin ramai dengan berdirinya Fakultas
Kedokteran Gigi pada awal
1948.
Pada awal Mei 1948, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
mendirikan Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta atas usul Kementerian
Dalam Negeri untuk mendidik calon-calon pegawai Departemen Dalam Negeri,
Departemen Luar Negeri dan Departemen Penerangan. Akademi ini awalnya
dipimpin oleh Prof. Djokosoetono, S.H. Sayangnya akademi ini tidak
berumur panjang, setelah pemberontakan
PKI Madiun
meletus, September 1948, akademi ini ditinggalkan para mahasiswanya
yang ikut menumpas pemberontakan sehingga akademi ini ditutup.
Selanjutnya pada
1 November 1948 didirikan Balai Pendidikan Ahli Hukum di
Surakarta,
sebagai hasil kerja sama Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan dengan Kementerian Kehakiman. Bersamaan dengan itu Panitia
Pendirian Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta, yaitu Drs. Notonagoro,
S.H., Koesoemadi, S.H. dan Hardjono, S.H. di Surakarta merencanakan
mendirikan Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Demi efisiensi, Panitia
mengusulkan penggabungan Balai Pendidikan Ahli Hukum ke dalam Sekolah
Tinggi Hukum Negeri yang akhirnya disetujui dan disahkan oleh Peraturan
Pemerintah No. 73 tahun 1948.
Serangan Belanda ke ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta dalam rangka
Agresi Militer Belanda II
melumpuhkan semua kegiatan belajar mengajar di Yogyakarta, Klaten dan
Surakarta dan semua perguruan tinggi tersebut terpaksa ditutup dan para
mahasiswa ikut berjuang.
Setelah serangan Belanda, wilayah Republik Indonesia menjadi semakin
sempit. Pada tanggal 20 Mei 1949, diadakan rapat Panitia Perguruan
Tinggi, di Pendopo Kepatihan Yogyakarta yang dipimpin oleh Prof. Dr.
Soetopo, dengan anggota rapat antara lain,
Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Dr. M.
Sardjito, Prof. Dr.
Prijono,
Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet
Soetikno, S.H. Salah satu hasil rapat adalah pendirian perguruan
kembali di wilayah republik yang masih tersisa, yaitu Yogyakarta.
Disepakati Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Dr.
Prijono, Prof. Ir. Harjono dan Prof. Dr. M.
Sardjito
akan berusaha keras mewujudkannya. Kesulitan utama saat itu adalah
tidak adanya ruangan untuk kuliah. Namun Sri Sultan Hamengkubuwono IX
bersedia meminjamkan ruangan keraton dan beberapa gedung di sekitarnya.
Tanggal
1 November 1949,
di Kompleks Peguruan Tinggi Kadipaten, Yogyakarta, berdiri kembali
Fakultas Kedokteran Gigi dan Farmasi, Fakultas Pertanian dan Fakultas
Kedokteran. Pembukaan ketiga fakultas ini dihadiri oleh Presiden
Soekarno.
Pada upacara pembukaan diadakan sebuah renungan bagi para dosen dan
mahasiswa yang telah gugur dalam peperangan melawan Belanda, yaitu:
Prof. Dr.
Abdulrahman Saleh, Ir. Notokoesoemo, Roewito, Asmono, Hardjito dan Wurjanto.
Tanggal
2 November 1949,
Fakultas Teknik, Akademi Ilmu Politik serta Fakultas Hukum dan Fakultas
Kesusasteraan yang berada di bawah naungan Yayasan Balai Perguruan
Tinggi Gadjah Mada ikut diresmikan.
Tanggal
3 Desember 1949
dibuka Fakultas Hukum di Yogyakarta dengan pimpinan Prof. Drs.
Notonagoro, S.H.. Fakultas ini merupakan pindahan Sekolah Tinggi Hukum
Negeri Solo.
Akhirnya tanggal
19 Desember 1949,
lahirlah Universitas Gadjah Mada dengan enam fakultas. Menurut
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949, keenam fakultas tersebut adalah:
- Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti);
- Fakultas Kedokteran, yang di dalamnya termasuk bagian Farmasi,
bagian Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan limu
Hayat;
- Fakultas Pertanian di dalamya ada Akademi Pertanian dan Kehutanan;
- Fakultas Kedokteran Hewan;
- Fakultas Hukum, yang di dalamnya termasuk Akademi Keahlian Hukum,
Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi
Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan Sosiologi;
- Fakultas Sastra dan Filsafat, yang di dalamnya termasuk Akademi Pendidikan Guru bagian Sastra.
Sebagai Rektor yang pertama (Presiden) ditetapkan Prof. Dr. M.
Sardjito. Pada saat yang sama juga ditetapkan Senat UGM dan Dewan Kurator UGM. Dewan Kurator UGM terdiri dari Ketua Kehormatan
Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan Ketua adalah
Sri Paku Alam VIII, seorang wakil ketua dan anggota.
Tahun
1952
Fakultas Hukum, Sosial dan Politik ditambah dengan bagian ekonomi
sehingga menjadi Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik HESP). Pada
bulan
September 1952 Fakultas Pertanian ditambah dengan Bagian Kehutanan, sehingga menjadi Fakultas Pertanian dan Kehutanan.
Sejak
September 1955, beberapa fakultas dimekarkan menjadi fakultas-fakultas baru, antara lain:
- Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi menjadi Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi dan Fakultas Farmasi.
- Bagian Bakaloreat Biologi Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi menjadi Fakultas Biologi.
- Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik dipecah menjadi tiga
fakultas, yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sosial
dan Politik.
- Fakultas Sastra, Pedagogik dan Filsafat dipecah menjadi tiga
fakultas, yaitu: Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Fakultas Ilmu
Pendidikan dan Fakulas Filsafat.
- Tingkat pengajaran Bakaloreat Ilmu Pasti dan Bakaloreat Ilmu Alam
pada Bagian Sipil Fakultas Teknik dijadikan Fakultas Ilmu Pasti dan
Alam.
- Fakultas Ilmu Pendidikan mempunyai dua bagian yaitu Bagian Pendidikan dan Bagian Pendidikan Jasmani.
- Fakultas Kedokteran Hewan diuubah namanya menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.
Pada tahun
1960 Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi dipisahkan menjadi Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi.
Pada tahun
1962
Bagian Pendidikan Jasmani dari Fakultas Ilmu Pendidikan ditingkatkan
menjadi Fakultas Pendidikan Jasmani. Fakultas ini diserahkan pada
Departemen Olah Raga pada tahun 1963 dan menjadi Sekolah Tinggi Olah
Raga (STO).
Untuk memberikan pendidikan umum yang kuat bagi semua Fakultas,
didirikan pula Fakultas Umum, dan digabungkan dengan Fakultas Filsafat
menjadi Gabungan Fakultas Umum dan Fakultas Filsafat. Pada tahun 1961
Fakultas Filsafat dibubarkan dan pada tahun 1962 Fakultas Umum juga
dibubarkan. Sebagai penggantinya tahun 1963 didirikan Biro Penyelenggara
Kuliah-Kuliah khusus untuk melaksanakan tugas yang semula menjadi tugas
gabungan Fakultas Umum dan Fakultas Filsafat. Namun pada tanggal
18 Agustus 1967
Fakultas Filsafat didirikan kembali dan pada tahun 1969 Biro
Penyelenggara Kuliah-Kuliah khusus dimasukkan dalam Fakultas Filsafat
sebagai Biro Penyelenggara Kuliah-Kuliah Agama.
Pada tahun
1963
Bagian Kehutanan Fakultas Pertanian ditingkatkan menjadi Fakultas
Kehutanan, seksi teknologi dan seksi kultur teknik menjadi Fakultas
Teknologi Pertanian. Pada tahun itu pula Jurusan Geografi pada Fakultas
Sastra dan Kebudayaan ditingkatkan menjadi Fakultas Geografi.
Jurusan Psikologi pada FIP menjadi Bagian Psikologi yang kemudian pada tanggal 8 Januari 1965 menjadi Fakultas Psikologi.
Pada tahun
1969
Fakultas yang ke-18 lahir yaitu Fakultas Peternakan yang merupakan
peningkatan Bagian Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.
Semenjak tahun
1983
Universitas Gadjah Mada memiliki 18 Fakultas Program Sarjana, dua
Fakulas Program Diploma (Fakultas Non Gelar Ekonomi dan Fakultas Non
Gelar Teknologi) dan satu Fakultas Pascasarjana (Magister dan Doktor).
Awal tahun
1992
terjadi penyederhanaan jumlah fakultas, Fakultas Pascasarjana diubah
menjadi Program Pascasarjana, sedangkan Fakultas Non Gelar Ekonomi
diintegrasikan ke Fakultas Ekonomi dan Fakultas Non Gelar Teknologi
diintegrasikan ke Fakultas Teknik.